WAKTU KEHIDUPAN

Pembelajaran : CTL

KONSEP PEMBELAJARAN
oleh : Sudadi, M.Pd.

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)  ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
 Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
         Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar .Interaksi peserta didik dengan lingkungan belajar didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran (Saidihardjo : 2004 : 13). Pembelajaran merupakan proses membuat orang belajar dengan merekayasa lingkungan untuk memudahkan orang belajar. Kegiatan pembelajaran berupaya merumuskan cara terbaik agar individu dapat belajar dengan mudah. Pendidik bukan hanya berfungsi memberikan materi saja melainkan memanfaatkan segala potensi lingkungan belajar (media, sumber informasi belajar, dan lainnya) bagi pencapaian tujuan belajar yang diharapkan.
         Pembelajaran yang berlaku saat ini berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing masing satuan pendidikan ( Buku Saku KTSP SMP : 2006:1). KTSP merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. KTSP merupakan KBK yang dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan.  Dalam konteks implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan mengajar harus dimaknai tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran namun harus dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan yang dengan lingkungan itu siswa terdorong dan terkondisi untuk belajar, pemahaman semacam ini sering disebut dengan pembelajaran.
         Bruce weil ( Wina sanjaya : 2008: 216-217) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran; pertama proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Kedua berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang dipelajari, yaitu pengetahuan : fisis, social dan logika. Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial. Dengan kata lain proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik Maka guru tidak lagi dipandang sebagai “orang yang paling tahu segalanya” melainkan banyak berperan sebagai fasilitator terjadinya proses belajar dan peserta didik secara kontinu berupaya meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu pemilihan metode pembelajaran harus dapat memberikan peluang pada peserta didik untuk aktif dan kreatif meningkatkan hasil belajar. Metode pembelajaran perlu menekankan keterampilan memproses agar peserta didik mampu menemukan, membangun, dan mengembangkan pengetahuan maupun kemampuan yang di miliki.
         Maka pembelajaran harus dimaknai sebagai proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.
    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran  itu mempunyai karakter pokok pertama meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa.kedua adanya interaksi yang dilakukan dengan sengaja. Interaksi ini terjadi antara siswa yang belajar dengan lingkungan belajar, baik dengan guru siswa lainnya atau sumber belajar lainnya.
    Dalam pembelajaran idealnya guru dapat menciptakan situasi yang kondusif serta memberi motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya. Jadi pembelajaran dilihat dari sisi guru adalah menumbuhkan proses belajar siswa ,tidak hanya menyampaikan pelalajaran dan semata-mata mengejar target kurikulum. Karena mengajar adalah
mengatur dan mengkondisikan  lingkungan belajar siswa sehingga terjadi interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Agar kegiatan pembelajaran mampu mengembangkan dan meningkatkan kecakapan hidup peserta didik maka pembelajaran seharusnya : pertama, berpusat pada peserta didik, kedua mengembangkan kreativitas peserta didik, ketiga menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, ke-empat, bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika, kelima, menyediakan pengalaman belajar yang beragam (Sudjatmiko dan Lili Nurlaili : 2004 : 11-12).
    Dalam teori belajar sosial , komponen – komponen pembelajaran adalah : mengenali model yang patut dikelas (2) menentukan nilai fungsional tingkah laku (3) menjalankan pengolahan kognitif pada si pebelajar (Margaret E. Bell Gredler: 1994 ; 403 ).     Adapun komponen pembelajaran kontekstual meliputi tujuh komponen utama yaitu (1) Constructivism / konstruktivisme, (2) Questioning / bertanya, (3) Inquiry / menyelidiki, menemukan, (4) Learning comunity / masyarakat belajar, (5) Modelling / permodelan, (6) Reflection / refleksi atau umpan balik dan (7) Authentic Assessment / penilaian yang sebenarnya (Masnur Muslich : 2007 : 43).
        Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
              Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
              Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
        Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
        Permodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
        Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
        Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa. Selain tujuh komponen diatas agar pembelajaran dapat guru dituntut mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menanatang, relevan, berkaitan dengan apa yang sudah diketahui siswa dan bisa dicapai, pinjam istilah Vygotsky(1978) ”Zona Perkembangan Proximal” .(Barbara K Given : 2007 : 60). Membangun suasana kelas yang sejuk dan menyenangkan hal ini sangat besar pengaruhnya untuk membangkitkan kemauan atau motivasi anak untuk mengikuti pembelajaran dengan baik (Hery Sukarman : 2004 : 18).
 

Bersyukurlah !



RAHASIA SYUKUR


Semoga Allah Yang Maha Menatap, Maha Gagah, Maha Menguasai segala-galanya mengaruniakan kepada kita hati yang bersih sehingga bisa menangkap hikmah di balik kejadian apapun yang kita rasa dan kita saksikan , karena penderitaan dalam hidup bukan karena kejadian yang menimpa tapi karena kita tertutup dari hikmah.

Allah menakdirkan apapun Maha Cermat, tidak pernah mendzolimi makhluk-makhluknya, kita sengsara adalah karena kita yang mendzolimi diri sendiri. Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat Allah, sesungguhnya ia telah membuka jalan hilangnya nikmat dari dirinya. Akan tetapi barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka sungguh ia telah memberi ikatan yang kuat pada kenikmatan Allah itu.
Firman Allah SWT :


7.  Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S 14:7) lihat juga Q.S. 16 : 53
53.  Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka Hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.
11.  Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.
Jadi setiap nikmat itu menjadi pembuka atau penutup pintu nikmat lainnya, kita sering menginginkan nikmat padahal rahasia yang bisa mengundang nikmat adalah syukur atas nikmat yang ada , jangan engkau lepaskan nikmat yang besar dengan tidak mensyukuri nikmat yang kecil.Tidak usah risau terhadap nikmat yang belum ada , justru risaulah kalau nikmat yang ada tidak disyukuri, Allah sudah berjanji kepada kita dengan janji yang pasti ditepati La in Syakartum la-aziidannakum (jika kalian bersyukur , niscaya Aku akan menambah rezekimu) (QS. 14 ; 7) Maka daripada kita sengsara oleh nikmat yang belum ada lebih baik bagaimana yang ada bisa disyukuri , sayangnya kalau kita mendengar kata syukuran itu yang terbayang hanya makanan, padahal syukuran itu adalah bentuk amal yang dahsyat sekali pengaruhnya.

Syarat yang pertama menjadi ahli syukur adalah hati tidak merasa memiliki, tidak merasa dimiliki kecuali yakin segalanya milik Allah SWT.
Makin kita merasa memiliki sesuatu akan makin takut kehilangan, takut kehilangan adalah suatu bentuk kesengsaraan , tapi kalau kita yakin semuanya milik Allah ,maka diambil oleh Allah tidak layak kita merasa kehilangan karena kita merasa tertitipi. Makin merasa rejeki itu milik manusia kita akan merasa berharap kepada manusia dan akan makin sengsara, senikmat-nikmat dalam hidup adalah kalau kita tidak berharap kepada mahluk tetapi berharap hanya kepada Allah SWT.

Rahasia yang kedua ahli syukur adalah "orang yang selalu memuji Allah dalam segala kondisi ", karena apa? karena kalau dibandingkan antara nikmat dengan musibah tidak akan ada apa-apanya. Musibah yang datang tidak sebanding dengan samudera nikmat yang tiada bertepi.

Apa yang harus membuat kita menderita? adalah menderita karena kita tamak kepada yang belum ada, ciri yang ketiga dari ahli syukur adalah manfaatkan nikmat yang ada untuk mendekat kepada Allah, alkisah ada tiga pengendara kuda masuk kedalam belantara, ketika dia tertidur kemudian saat terjaga dilihat kudanya telah hilang semua , betapa kagetnya mereka dan pada saat yang sama dalam keadaan kaget, ternyata seorang raja yang bijaksana melihat hal tersebut dan mengirimkan kuda yang baru lengkap dengan perbekalan, ketika dikirimkan reaksi ketiga pengendara yang hilang kudanya itu berbeda-beda, si-A kaget dan berkomentar" wah ini hebat sekali kuda, bagus ototnya, bekalnya banyak pula!, dia sibuk dengan kuda tanpa bertanya kuda siapakah ini".

Si-B, gembira dengan kuda yang ada dan berkomentar "wah ini kuda hebat, sambil berterima kasih kepada yang memberi, sikap C beda lagi, ia berkomentar "lho ini bukan kuda saya, ini kuda milik siapa? yang ditanya menjawab "ini kuda milik raja", si-C bertanya kembali "kenapa raja memberikan kuda ini? dijawab" sebab raja mengirim kuda agar engkau mudah bertemu dengan sang raja".
Dia gembira bukan karena bagusnya kuda, dia gembira karena kuda dapat memudahkan dia dekat dengan sang raja.

Nah begitulah, si-A adalah manusia yang kalau mendapatkan mobil, motor, rumah, dan kedudukan sibuk dengan kendaraan itu, tanpa sadar bahwa itu adalah titipan. Orang yang paling bodoh adalah orang yang punya dunia tapi dia tidak sadar bahwa itu titipan Allah, yang B mungkin adalah model kita yang ketika senang kita mengucap Alhamdulillah, tetapi ahli syukur yang asli adalah yang ketiga yang kalau punya sesuatu dia berpikir bahwa inilah kendaraan yang dapat menjadi pendekat kepada Allah SWT.Ketika mempunyai uang dia mengucap Alhamdulillah, uang inilah pendekat saya kepada Allah, dia tidak berat untuk membayar zakat, dia ringan untuk bersadaqah, karena tidak akan berkurang harta dengan bersadaqah.

Maka, jika sahabat ingin banyak uang ? sederhana saja rumusnya, pakailah uang yang ada untuk berjuang di jalan Allah, jangan heran jika rejeki datang melimpah, punya rumah ingin nikmat bukan masalah ada atau tidak ada AC, bukan masalah ukuran ,tetapi rumah yang nikmat adalah rumah yang menjadi kendaraan untuk mendekat kepada Allah, bangunlah rumah yang tidak membuat kita sombong  belilah acessories rumah yang membuat setiap tamu yang datang menjadi dekat kepada Allah, bukan ingat kepada kekayaan kita, pasanglah hiasan yang mebuat tamu kita ingat kepada kekuasaan Allah bukan kekuasaan kita, itulah rumah yang Insya Allah tenang dan barokah, tapi kalau rumah dipakai untuk pamer dan menginginkan kursi yang amat mewah, potret-potretnya yang tidak membuat ingat kepada Allah, malah ujub, riya takabur, tidak usah heran rumah itu semakin diminati pencuri, dan rumah yang diminati pencuri itu membuat strees bagi yang punya, dia harus menyewa alarm, menggaji satpam, di depan haru s ada anjing,coba kalau rumahnya ingat kepada Allah dia tidak akan sesibuk itu.

Mohon maaf kepada saudara-saudaraku yang kaya tidak apa-apa memiliki yang bagus, tapi usahakan setiap tamu yang masuk ke rumah bukan ingat kepada kita tetapi ingat kepada kekayaan Allah.Andai kita mempunyai jabatan , lalu bagaimana cara mensyukurinya? gunakanlah jabatan itu agar karyawan kita dekat kepada Allah.Kesungguhan kita untuk mendidik anak lebih baik daripada, punya anak tetapi tidak tahu agama, lalu bagaimana anak itu akan memuliakan ibu bapaknya? ketika kita mati mereka hanya berebut harta warisan jangankan mensholatkan ibu bapaknya.Maka orang yang bersyukur yang adalah orang yang mendidik anaknya supaya dekat dengan Allah, di dunia nama orang tuanya terbawa harum karena anaknya mulia, di kubur lapang kuburnya karena doa anaknya, di akherat Insya Allah akan terbawa karena barokah mendidik anak.

Kunci syukur yang keempat adalah berterima kasih kepada yang telah menjadi jalan nikmat, seorang anak disebut ahli syukur kalau dia tahu balas budi kepada ibu dan bapaknya, dimana-mana anak sholeh itu harum namanya, tapi anak durhaka tidak pernah ada jalan menjadi mulia sebab kenapa? karena mereka tidak tahu balas budi. Benar orang tua kita tidak seideal yang kita harapkan , tetapi masalah kita bukan bagaimana sikap orang tua kepada kita, tetapi sikap kita kepada orang tua.

Saudara-saudaraku yang budiman negeri kita dikatakan negeri bersyukur kalau sadar bahwa negeri ini adalah titipan dari Allah, bukan milik sesorang, bukan milik pahlawan, bukan milik siapapun yang membangun negeri, tapi negeri ini tidak ada pemiliknya selain Allah tapi kita episodenya hidup di Indonesia.

Maka syukuri , jangan minder jadi orang Indonesia yang disebutkan negara koruptor, tetapi justru kita yang harus bangkit untuk tidak korupsi ! dengan minder tidak akan menyelesaikan masalah.Kita harus bangkit !!, negara ini harus jadi ladang untuk mendekat kepada Allah.Dengan ada perasaan dongkol, sakit hati itu semuanya tidak akan menyelesaikan masalah tetapi justru akan menambah masalah , sekarang justru kesempatan kita menjadi bagian dari masalah atau menjadi bagian dari solusi , daripada sibuk mempermasalahkan masalah lebih baik mari kita sedikit demi sedikit menyelsaikan masalah, itulah namanya syukur nikmat.

                                                                



 

Mutiara Kehidupanku




Namaku : Amara Balqis Atsani

Sekolahku TK ABA
Cita-Citaku Menjadi Polisi














Namaku ; Azzam Abqory Muqsith
Usiaku Baru 6 bulan


























Namaku : Imtihan Syarifatul "ula
Sekolahku di MIM Sidowayah Weru Sukoharjo
Kelas III
Cita-citaku menjadi Guru
























 

Penelitian Tindakan Kelas : PBL

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN
IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING 
DI SMP MUHAMMADIYAH  SEMIN
KABUPATEN GUNUNGKIDULTAHUN 2009/2010

Oleh Sudadi, M.Pd.


BAB  I
PENDAHULUAN   

A. Latar Belakang Masalah
            Salah satu masalah urgen yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran dikelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi  yang diingatnya itu. Proses pembelajaran yang berjalan saat ini secara umum masih menempatkan anak sebagai obyek dan menempatkan guru pusat kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak mendapatkan kesempatan untuk dapat berpartisipasi secara aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan yang didapatnya.
           Sejalan dengan pernyataan diatas Willaiam Burton menyatakan  “ Teaching is the guidance of learning activities”  mengajar pada hakekatnya adalah membimbing  kegiatan siswa belajar (Saidihardjo : 2004 : 13 ). Dengan demikian pembelajaran idealnya berpusat pada siswa bukan pada guru. Dalam kaitanya dengan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial lebih lanjut Saidihardjo menjelaskan bahwa rasional Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada pendidikan dasar dan menengah ditekankan pada siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna ; lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial rasional dan bertanggung jawab; meningkatkan rasa toleransi dan persaudaraan dilingkungannya sendiri dan antar manusia (Saidihardjo : 2004 : 31 ).
            Kondisi ideal yang diharapkan dari hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di persekolahan dianggap belum sesuai dengan harapan, bahkan beberapa temuan penelitian dan pengamatan para ahli pendidikan memperkuat kesimpulan bahwa pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia belum maksimal karena perwujudan nilai-nilai sosial yang dikembangkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih belum begitu nampak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Ketrampilan sosial para siswa lulusan masih memprihatinkan, terbukti dengan partisipasi siswa dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan semakin menyusut. Banyak penyebab yang melatarbelakangi mengapa pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial belum dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan. Faktor penyebabnya dapat berpangkal pada kurikulum, rancangan, pelaksana, pelaksanaan ataupun faktor-faktor pendukung pembelajaran lainnya.
        Mencermati dari permasalahan tersebut diatas maka perlu adanya strategi metode pembelajaran yang mampu menarik siswa untuk mengembangkan  kemampuannya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.  Dalam pandangan penulis salah satu alternative untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa yakni dengan mengimplementasikan metode pembelajaran problem based learning.  Problem based learning  adalah  lingkungan belajar yang didalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Problem based learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran yang dipelajari ( Sudarman , 2007 : 69 ).
               Dengan implementasi model pembelajaran problem based learning diharapkan pembelajaran menjadi lebih hidup dan aktif sehingga dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa  yang pada akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa  dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Muhammadiyah Semin Kabupaten Gunungkidul  Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
        Berdasarkan  dari uraian pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana implementasi pembelajaran dengan metoda problem based learning  dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IX A di SMP Muhammadiyah Semin Kabupaten Gunungkidul.
2. Bagaimana implementasi pembelajaran metoda problem based learning  dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IX A di SMP Muhammadiyah Semin Kabupaten Gunungkidul.
3. Bagaimana implementasi pembelajaran metode problem based learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IX A di SMP Muhammadiyah Semin Kabupaten Gunungkidul.
C. Rencana Pemecahan Masalah
        Rencana pemecahan masalah yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Dengan problem based learning diharapkan  motivasi, aktivitas dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat meningkat dari siklus I sampai pada siklus berikutnya, dibandingkan dengan kondisi awal yang masih menggunakan pembelajaran konvensional.
D. Tujuan Penelitian
         Selaras dengan apa yang telah tertuang dalam latar belakang masalah pembatasan masalah dan perumusan masalah maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran dengan metode problem based learning pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial  kelas IX A  di SMP Muhammadiyah Semin Kabupaten Gunungkidul
2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui pembelajaran dengan metode problem based learning  pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IX A di SMP Muhammadiyah Semin Kabupaten Gunungkidul
3. Meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran dengan metode problem based learning  pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IX A di SMP Muhammadiyah Semin Kabupaten Gunungkidul.
E. Manfaat Penelitian   
1. Manfaat teoritis
2.  Mendukung teori – teori pembelajaran kontekstual dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran.
a. Sebagai referensi ilmiah bagi para peneliti lain yang berupaya mengembangkan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
b.  Mengembangkan strategi belajar mengajar khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Manfaat praktis
a.  Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam upaya meningkatkan kinerja sekolah dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
b. Bagi guru dapat dijadikan referensi acuan dalam upaya peningkatan  pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial agar dapat lebih effektif, kreatif dan lebih menarik.
c.   Dapat mengevaluasi berbagai kelemahan siswa dan guru atas hasil belajar yang dicapai sebagai bahan pertimbangan untuk pembelajaran selanjutnya.
d. Mengembangkan kecakapan hidup melalui pemikiran kritis dalam pemecahan masalah.
F. Hipotesis Tindakan   
Berdasarkan kerangka berfikir sebagaimana terurai diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
a) Implementasi metode Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IX A  di SMP Muhammadiyah  Semin Gunungkidul.
b) Implementasi metode Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar  siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IX A di SMP Muhammadiyah  Semin Gunungkidul
c) Implementasi metode Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IX A  di SMP Muhammadiyah  Semin Gunungkidul

BAB  II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian  Teori
1. Konsep Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
       Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan (Suprayekti : 2004: 2). Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan dan sikap. Belajar juga dapat dipahami sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Tim Penulisan Buku Psikologi Pendidikan :1991:61). Dengan ungkapan lain Martinis Yamin( 2007: 96) mengungkapkan belajar merupakan proses memperoleh kecakapan, ketrampilan, dan sikap.
    Lebih lanjut  Hilgard  (1981: 11) menjelaskan bahwa belajar adalah :   
Learning refers to the change in subject’s behavior or behavior potential to agiven situation brought about by the subject’s repeated experience in that situation, provided that the behavior change cannot be explained on the basis of subject’s  native response tendencies, maturation, or temporary states ( such as fatigue, drunkenness, and so on).
    Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik garis kesimpulan  bahwa belajar itu mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yaitu : Pertama belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkahlaku. Ini artinya hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku. Kedua Perubahan perilaku relative permanen ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk jangka waktu tertentu. Ketiga tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relative menetap, baik yang dapat diamati maupun  yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.
b. Pengertian Pembelajaran
    Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar .Interaksi peserta didik dengan lingkungan belajar didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran (Saidihardjo : 2004 : 13). Pembelajaran merupakan proses membuat orang belajar dengan merekayasa lingkungan untuk memudahkan orang belajar. Kegiatan pembelajaran berupaya merumuskan cara terbaik agar individu dapat belajar dengan mudah. Pendidik bukan hanya berfungsi memberikan materi saja melainkan memanfaatkan segala potensi lingkungan belajar (media, sumber informasi belajar, dan lainnya) bagi pencapaian tujuan belajar yang diharapkan. Bruce weil ( Wina sanjaya : 2008: 216-217) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran; pertama proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Kedua berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang dipelajari, yaitu pengetahuan : fisis, social dan logika. Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan social.
    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran  itu mempunyai karakter pokok pertama meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa.kedua adanya interaksi yang dilakukan dengan sengaja. Interaksi ini terjadi antara siswa yang belajar dengan lingkungan belajar, baik dengan guru siswa lainnya atau sumber belajar lainnya.   
c.  Motivasi
    1) Pengertian Motivasi
    Dalam kamus besar Bahasa Indonesia motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1995 : 666). Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam untuk melakukan aktivitas aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari akar kata motif inilah motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif .   
    2)Fungsi Motivasi dalam Belajar
    Menurut Sardiman A.M., (2003:85), ada tiga fungsi motivasi, yaitu :
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tersebut.
    Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ketiga, Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
    3) Unsur –unsur yang mempengaruhi motivasi Belajar
          Dimyati dan Mudjiono (2002 : 97-100) menyatakan bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut :
a) Cita-cita atau aspirasi siswa
b) Kemampuan siswa
c) Kondisi siswa
d) Kondisi lingkungan siswa
e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
f) Upaya guru dalam membelajarkan siswa
    4) Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar
            Dalam proses interaksi belajar mengajar, naiknya motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, diperlukan untuk mendorong siswa agar tekun belajar. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan bila ada di antara siswa yang kurang berminat mengikuti pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membimbing siswa dalam belajar.
       Menurut Sardiman (2003 : 92-95), ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar siswa di kelas, yaitu :
a) Memberi angka
b) Hadiah
c) Kompetisi
d) Ego-involment
e) Memberi ulangan
f) Mengetahui hasil test
g) Pujian
h) Hukuman
i) Hasrat untuk belajar
j) Minat
k) Tujuan yang diakui
    5) Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi   
            Menurut Sardiman A.M. (2003 : 83), ciri-ciri orang yang memiliki motivasi adalah sebagai berikut :
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan dengan prestasi yang sudah dicapainya)
c. Menunjukkan minat terhadap beracam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadailan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak criminal, amoral dan sebagainya).
d. Lebih senang kerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sejhingga kurang kreatif)
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah /soal-soal.
       Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga siswa menjadi tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja sendiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, senang mencari dan memecahkan soal-soal.
      
d. Aktivitas dalam belajar
    Aktivitas belajar yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam realitanya kedua hal tersebuat saling berjalin berkelindan apalagi dalam kegiatan aktivitas belajar. Menurut Piaget seorang anak itu berfikir sepanjang ia berbuat , tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berfikir ( Sardiman : 2003 : 100). Maka agar anak berfikir sendiri guru harus memberi kesempatan untuk berbuat sendiri.    Berfikir pada tahap verbal baru akan dapat dilakukian anak setelah anak itu berfikir pada taraf perbuatan. Hubungan antar kegiatan fisik dan mental akan membuahkan hasil belajar yang optimal. Aktivitas belajar akan dapat berjalan dengan baik manakala peserta didik memiliki minat yang besar terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung, sehingga menumbuhkan minat siswa menjadi kegiatan kunci untuk menghantarkan siswa pada aktivitas belajar ( Suyanto dan MS Abbas : 2001 : 66). Berkaitan dengan aktivitas belajar Mehl-Millis-Dauglas mengungkapkan mengenai The Principle of Activity yaitu
    ” One learns only by some activities in the neural system : seeing, hearing, smelling, feeling, thinking, phycal or motor activity. The learner must activelly engage in the ”learning” wheter it be of information a skill, an understanding , a habit, an ideal, an attitute, an interest, or the nature of task. (Oemar Hamalik:2007: 172). 
            Penggunaan asas aktivitas dalam pembelajaran akan mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi keberhasilan peserta didik karena dengan terlibatnya siswa secara riil dalam kegiatan pembelajaran siswa dapat menggali pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, siswa dapat berbuat sendiri sehingga akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral. Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya (Shvoong : 2010 :1 ).
        Paul D. Dierich, dalam Oemar Hamalik (2001 : 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu (1) Kegiatan-kegiatan Visual, Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain. (2) Kegiatan-kegiatan Lisan (oral) Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. (3) Kegiatan-kegiatan  mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.(4) Kegiatan-kegiatan menulis : Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket. (5.) Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola. (6) Kegiatan-kegiatan metric: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. (7) Kegiatan-kegiatan mental : merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.( 8) Kegiatan-kegiatan emosional minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
    Berdasarkan pengertian aktivitas tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.
e. Prestasi Belajar   
        Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya kegiatan  belajar yang telah dilakukan. Muray dalam Beck  mendefinisikan prestasi  :
“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible” “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin” (Sunarto : 2009:1).
        Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas belajar, karena aktivitas belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
        Ada korelasi antara motivasi untuk berprestasi dengan prestasi belajar, dalam hubungannya dengan masalah ini Johnson mengungkapkan “
The theory of achievement motivation … does not say that there should be a general relationship between achievement motivation and academic performance. On the contrary, it states that under certain conditions, there will be a strong relationship, under other conditions there will be no relationship (Djaali : 2007 : 110).
        Korelasi antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar akan amat tergantung dengan  kondisi dalam lingkungan dan kondisi individu yang bersangkutan. Motivasi yang tinggi yang tidak mendapat kondisi lingkungan yang mendukung akan sulit melahirkan prestasi belajar yang baik. Sehubungan dengan prestasi belajar, Ngalim Poerwanto (2006:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
        Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
3. Problem Based Learning
a. Pengertian Problem Based Learning
Problem-based learning (PBL) is a student-centered instructional strategy in which students collaboratively solve problems and reflect on their experiences.(Wikipedia : 2010 : 1) Dalam ungkapan hampir senada dalam artikel University Deware diungkapkan “Problem-based learning (PBL) is an instructional method that challenges students to "learn to learn," working cooperatively in groups to seek solutions to real world problems. (University Delaware : 1999 : 1)
        Problem based learning atau strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM) memiliki tiga ciri utama  yaitu : pertama SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran ini artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah aktivitas yang haris dilakukan siswa. Kedua  aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah karena dalam SPBM menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran. Ketiga pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir ilmiah (Wina Sanjaya : 2008 : 214).  Problem Based Learning (PBL) merupakan metoda pembelajaran berdasarkan pada prinsip penggunaan kasus (masalah) sebagai titik pangkal untuk mendapatkan dan mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang baru (HS. Barrows, 1982 dalam Ahmad aulia Yusuf : 2009).  Kiley, M., Mulins, G., & Peterson, R. and Tim Rogers  menjelaskan mengenai problem based learning
        “In problem-based learning students learn to be self-directed, independent and interdependent learners motivated to solve a problem. In a PBL course student meet together in small group with a tutor to discuss a set problem. Initially the student explore the problem and formulate hypotheses that might explain the problem. They use this information to determine the further information they require to understand and solve the problem. Student then independently research and gather information that confirms/disconfirms their hypotheses and generates new understandings. These new understandings are presented to the group, which then considers all the information brought in by its members” (Kiley, M., Mulins, G., & Peterson, R. and Tim Rogers, 1969:1 dalam Wahyudi : 2009 : 1).   
    
b. Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning
        Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, (Aston L. Toruan : 2007 :5) dalam kaitanya pembelajaran dengan model Problem Based learning  yaitu :Learning to know, Learning to do Learning to do , Learning to live together , Learning to be . Pertama, Learning to Know yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan. Kedua, Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik. Ketiga, Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka. Keempat, Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi). Di dalam Harian Jakarta Post berkaitan dengan Pembelajaran dengan Model Prolem based learning dinyatakan  “This highlights that PBL is an effective method to encourage students to analyze and think critically. And it is hoped that by thinking critically, in the future, people (students) would not simply imitate existing mathematical methods, but would create and pioneer new approaches.” ( The Jakarta Post : Tue, 02/09/2010)
B. Kerangka Berfikir
    Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes, unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
       Pembelajaran model Problem Based Learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Achmad MSP, (2004), Quo Vadis, Pendidikan IPS  Di Indonesia, Artikel  diakses pada tanggal 17 Januari 2010 dari http://re-searchengines.com/ mangkoes6-04-4.html
Asri Budiningsih, (2005) Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta, PT Rineka Cipta
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, (2007) Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta, Arr-Ruzz Media
Barbara K. Given, (2007). Brain, Based Teaching, Bandung. Kaifa
Basuki Wibawa (2004) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Depdiknas
Bower, H.G & Higard, R.E. (1981) Theories of learning, London : Prentice Hall inc
Depdiknas, (2007) Buku Saku KTSP SMP, Jakarta, Depdiknas.
Depdiknas, (2006) Model Pembelajaran Terpadu IPS SMP/MTs/SMPLB, Jakarta. Depdiknas
Depdiknas (2004) Kurikulum -2004 Standar Kompetensi SMP dan  MTs, Jakarta, Dharma Bhakti
Dimyati dan Mudjiono, (2006). Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta,  PT  Rineka Cipta
Djaali, (2007) Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Bumi Aksara
Hery Sukarman, (2004) Dasar-Dasar Pembelajaran, Jakarta Depdiknas
Margaret E. Bell Gredler, (1994) Belajar dan Membelajarkan, Jakarta, Raja Gafindo Persada
Martinis Yamin, (2007) Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Jakarta, Gaung Persada Press
Masnur Muslich, (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta. PT Bumi aksara
Ridwan Effendi, Sapriya, Bunyamin Maftuh, (2009) Pengembangan Pendidikan IPS SD, Makalah pdf sebagai pegangan Belajar Jarak Jauh.
Rochiati Wiraatmadja, (2006), Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Roger G. Hadgraft, (1998), Problem-based Learning: A Vital Step
Towards a New Work Environment. Jurnal diakses tanggal 13 Februari 2010 dari : http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/ files/ijee/ijee1000.pdf
Saidihardjo, (2004) Pengembangan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial, Yogyakarta UNY
Sardiman AM, (2004) Interaksi Motivasi dan Belajar Mengajar, Jakarta, Raja Garatindo
Suchaini,(2008) Pembelajaran Berbasis Masalah, Artikel diakses tanggal 11 Februari 2010 dari http://suchaini .wordpress.com/tag/teoripembelajaran.
Sudarman, (2007) Problem Based Learning:  Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan  Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah diakses tanggal 13 Februari 2010 dari http://jurnaljpi.files.wordpress.com/ 2009/09/vol-2-no-2-sudarman.pdf
Sudjatmiko dan Lili Nurlaili, (2004) Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta, Depdiknas
Suharsimi Arikunto. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukardi (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta, PT Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata, (1990), Psikologi Pendidikan, Jakarta, CV Rajawali
Suprayekti, (2004) Interaksi Belajar Mengajar, Jakarta, Depdiknas
Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan, (1991) Psikologi Pendidikan, Yogyakarta, UPP IKIP Yogyakarta
Undang-Undang (2003) UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Depdiknas RI , Jakarta
Udin S. Winata Putra, (Juni, 2008) Refleksi Tentang Konsep Dan Makna Ilmu Pengetahuan Sosial Sebagai “ Integrated Knowledge System” Makalah disajikan dalam “Stadium Generale” Program Pasca Sarjana Universitas PGRI Yogyakarta
Wikipedia,(2010) Problem based Learning, artikel diakses tanggal 11 februari 2010 dari http://en.wikipedia.org/wiki/problem-based-learning
Wahyudi, (2009) Pengertian Problem Based Learning, artikel diakses tanggal 23 Desember 2009 dari : http://wahyudiuksw.blogspot.com/ 2009/05/ pengertian-problem-based-learning.html
Wina Sanjaya, (2006) Strategi Pembelajaran, Jakarta, Kencana Prenada Group
-----------------, (2008) Kurikulum dan Pembelajaran , Jakarta, Kencana Prenada Group
Winkel, (1996) Psikologi Pengajaran,  Jakarta, Grasindo
Yudrik Jahja (2004) Wawasan Kependidikan, Jakarta, Depdiknas
 

Belajar Memaknai Adzan



alhikmah.com - Adzan yang sering kita dengar setiap hari, sepertinya berlalu begitu saja tanpa ada arti. Hanya sekedar mengingatkan kita bahwa sekarang sudah jam sholat subuh dan sholat lainnya. Sejarah adzan adalah saat Rasul dan sahabat sedang memikirkan bagaimana mengumpulkan umat untuk melaksanakan sholat. Ada beberapa usul yang muncul, seperti harus membunyikan lonceng, meniup terompet dan yang lainnya. Tetapi  tidak ada yang disepakati. Suatu malam seorang sahabat bermimpi bahwa dia diajarkan sebuah seruan untuk mengumpulkan umat melaksanakan sholat.

Pagi harinya ia bertemu dengan Rasul dan menceritakan kisah mimpinya tersebut semalam. Dan Rasul-pun setuju. Maka dipanggilnya Bilal untuk mengucapkan kalimat yang diajarkan sahabat tersebut, karena beliau mempunyai suara yang keras dan merdu. Kalimat tersebut kini kita kenal dengan Adzan. Mari kita coba uraikan kalimat-kalimat tersebut.

Allohu akbar, Allohu akbar. Allohu akbar, Allohu akbar. Dalam kehidupan ini kita harus mengawalinya dengan mengagungkan Alloh. Karena tak ada satupun di dunia ini yang tidak hasil karya dari Alloh yang memiliki pengetahuan yang maha luas. Jatuhnya daun dari pepohonan, isi kandungan wanita, tidak ada rahasia bagi Alloh. Allohu akbar.

Asyhadu ala illa ha ilallaah, Asyhadu ala illa ha ilallaah. Setelah kita mengawali kehidupan dengan mengagungkan Allohu akbar, maka kita ikrarkan dalam diri ini, diri bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Alloh. Ikrar ini adalah ikrar ketauhidan kita dihadapan Alloh. Dengan itu kita menjalani kehidupan ini penuh kepastian, bahwa hanya Alloh-lah tujuan akhir dari kehidupan ini.

Asyhadu anna Muhammad darrosulullaah, Asyhadu anna Muhammad darosulullaah. Risalah Alloh tidak akan diturunkan-Nya secara langsung kepada seluruh manusia didunia. Walaupun bagi Alloh itu mungkin karena Allohu akbar. Tapi Alloh menurunkan risalah-Nya melalui seseorang. Dan ternyata Muhammad adalah dipilih oleh Alloh sebagai pembawa risalah-Nya yang terakhir, karena setelah beliau tidak ada lagi pembawa risalah langit.

Hayya alash sholah, Hayya alash sholah. Rukun islam setelah syahadat adalah sholat. Ingat, sholat ini diperintahkan langsung oleh Alloh dengan peristiwa isra’ dan mi’raj nabi Muhammad saw. Betapa nilai sholat sangat agung. Maka sholat merupakan kewajiban setiap pribadi muslim, karena sebagai identitas keimanan kita. Bahkan bukan saat hidup saja kita harus sholat, bahkan saat matipun kita di sholatkan. Betapa ruginya diriku bila sampai meninggalkan sholat. Apabila baik sholat kita, maka akan baik pula amalan-amalan kita. Apabila buruk sholat kita maka akan buruk pula amalan-amalan kita. Dalam kesempatan ini, kami sampaikan kepada saudara-saudaraku seiman, agar selalu menegakkan sholat (yang lima waktu dan yang sunah), hingga akhir hayat. Karena dengan menegakkan sholat kita membuka pintu kebahagiaan dunia terlebih di akhirat nanti.

Hayya ala falah.Hayya ala falah,  Kita lima (5) kali sehari setidaknya diingatkan untuk selalu mencari kebahagiaan. Ternyata kebahagiaan itu tidak jauh, yaitu dengan menegakkan sholat kita akan bahagia. Bukankah dalam hidup ini kita ingin bahagia? Siapa yang hidup di dunia ini tidak ingin bahagia, bahkan sampai hari akhirpun kita ingin berbahagia memasuki surga. Bahagia milik si kaya atau si miskin, milik rakyat atau penguasa, milik semua orang. Maka untuk mencari bahagia marilah tegakkan sholat.

Allohu akbar Allohu akbar. Apabila bahagia telah kita raih, Alloh mengingatkan agar kita jangan sampai lupa daratan atau menjadi orang yang tidak bersyukur. Yaitu dengan Allohu akbar, kita yakini bahwa apa yang kita raih adalah hakekatnya Alloh memberikan kepada kita cobaan, bila kita bersyukur akan bertambah kebahagiaan dan apabila ingkar Alloh akan cabut nikmat itu bahkan akan di azab dengan pedih, karena Allohu akbar.

La illa ha illallaah. Akhir dari kehidupan kita jangan sampai melupakan Alloh. Dan inilah kalimat yang semoga dapat kita ucapkan menjelang akhir dari kehidupan kita semua, amiin. Saudara-saudaraku seiman, inilah sekelumit pelajaran yang dapat diambil dari gema adzan yang sering kita dengar sehari-hari. Kebenaran itu datang dari Alloh, dan kesalahan ada pada diri hamba yang lemah ini, mohon dimaafkan. Dan kami yakin saudara-saudara lebih banyak yang bisa mengambil pelajaran dari adzan yang kita dengar. Bahkan ada juga orang non muslim masuk islam hanya karena mendengar adzan. Allohu akbar, Laa illa ha illalloh.
 

Doa Malaikat

 

Uji Validitas dan Reliabilitas

ANALISIS VALIDITAS DAN RELIABILITAS
INSTRUMEN PENELITIAN


oleh :  Sudadi, M.Pd.
   
      
Suharsini Arikunto (2002:160) menjelaskan bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaituvalid dan reliable. Untuk menyatakan baik dan tidaknya  instrumen, maka perlu diadakan pengujian validitas dan reliabilitasnya.
a. Uji validitas instrumen
Sutrisno Hadi (1991 : 1) berpendapat bahwa :
Kesahihan atau validitas dibatasi sebagai tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrument tersebut. Suatu instrumen  dinyatakan sahih jika instrument itu mengukur apa saja yang hendak diukurnya, mampu mengungkapkan apa saja yang ingin diungkapkan, mampu menembak dengan jitu sasaran yang ditembak.

     Berkaitan dengan validitas ini, Sutrisno Hadi (2000 :111-116) mengemukakan jenis validitas ini sebagai berikut :
1) Face validity bagaimna kelihatannya alat ukur benar-benar mengukur apa yang hendak diukur
2) Logical validity yaitu konsep validitas yang bertitik tolak dari kontruksi teoritik tentang factor factor yang hendak diukur oleh alat ukur, maka validitas logical sering disebut construct validity, kebenaran alat ukur ditinjau dari segi kecocokannya dengan teori sebagai fundamentalnya.
3) Factorial validity
4) Conten validity
5) Empirical validity yaitu validitas alat ukur yang menggunakan kriterium bagaimana derajat kesesuaian antra apa yang dinyatakan oleh hasil pengukuran dengan keadaan senyatanya.
Sutrisno Hadi (2000 : 124) mengemukakan alasan dipergunakannya analisis butir yaitu untuk mengetahui :
1. Apakah suatu item dapat dipertahankan atau tidak.
2. Jika suatu item tidak dapat dipertahankan dalam baterai lat ukur, maka item itu dapat gugur sama sekali atau diperbaiki.
    Dalam analisis butir digunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson  seperti yang dikemukakan Sutrisno Hadi (1991 : 23) sebagai berikut :
          
Apabila angka korelasi momen tangkar rxy telah didapat, langkah selanjutnya adalah mengoreksi korelasi momen tangkar rxy tersebut menjadi korelasi bagian total rpq (r bagian total) dengan rumus sebgai berikut :

Selanjutnya untuk menentukan valid tidaknya item, perolehan angka rxy hitung dibandingkan dengan tabel r product moment pada taraf signigfikansi 5 % dan N = n-2 dengan ketentuan jika rxy hitung  lebih besar dari rxy table maka item tersebut sahih, sebaliknya jika rxy hitung lebih besar dari rxy tabel maka item tersebut dinyatakan tidak sahih atau gugur.

b. Reliabilitas instrument
Instrument yang baik disamping harus valid juga harus variable. Suharsini Ari Kunto (2002 : 168) menyatakan, reliabilitas artinya dapat dipercaya, dapat diandalkan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dikatakan variable bila memberikan hasil yang tetap atau ajeg walaupun dilakukan siapa saja dan kapan saja.
Uji reliabilitas instrument dapat mengemukakan rumus Alpha.

Langkah selanjutnya adalah menafsirkan angket koefisien reliabilitas. Sedangkan untuk mengetahui tingkat keandalannya berpedoman pada penggolongan berikut :
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi
Antara 0, 600 sampai dengan 0,800 = cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = agak rendah
Antara 0, 200  sampai dengan 0,200 = sangat rendah
                                               (Suharsimi Arikunto, 2002: 245)


DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Pemnelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta.
Sutrisno Hadi, (1991) Analisis Butir Untuk Instrumen, Yogyakarta,Andi Offset
    
 

Penelitian Tindakan Kelas : VCD

PENGGUNAAN MEDIA VCD
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR  IPS
DI SMP MUHAMMADIYAH SEMIN TAHUN PELAJARAN 2009/2010


Oleh : Sudadi, M.Pd.


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
    Proses pembelajaran yang berjalan saat ini secara umum masih menempatkan anak sebagai obyek dan menempatkan guru pusat kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak mendapatkan kesempatan untuk dapat berpartisipasi secara aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan yang didapatnya.
    Prinsip pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (social studies) dalam jurnal NCSS pada sebuah penelitian berjudul A Vision of Powerful Teaching and Learning in the Social Studies: Building Social Understanding and Civic Efficacy yang ditulis oleh Stahl (2008:2) dalam mipsos.wordpress.com), bahwa ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sehingga pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memberikan hasil yang maksimal, yaitu :
    Pertama, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang baik jika bermakna (Social studies teaching and learning are powerful when they are meaningful). Siswa belajar menghubungkan pengetahuan, keyakinan dan sikap yang manfaatnya mereka peroleh baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kedua, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang baik adalah pembelajaran yang terintegrasi (Social studies teaching and learning are powerful when they are integrative) Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyampaian topik dilakukan melalui upaya mengintegrasikan dalam hal: a) lintas ruang dan waktu, b) pengetahuan, keterampilan, keyakinan, nilai dan sikap untuk dilaksanakan, c) teknologi secara efektif, d) melalui lintas kurikulum
        Ketiga, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang baik adalah pembelajaran yang berbasis nilai (Social studies teaching and learning are powerful when they are value-based). Keempat, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang baik adalah pembelajaran yang menantang (Social studies teaching and learning are powerful when they are challenging). Siswa diharapkan mencapai tujuan pembelajaran secara individu dan kelompok melalui aktivitas berfikir siswa yang menantang. Kelima, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang baik adalah pembelajaran yang aktif (Social studies teaching and learning are powerful when they are active).
        Sejalan dengan konsep ideal diatas  perlu adanya inovasi pembelajaran baik dari sisi metode maupun media agar  pembelajaran IPS memberikan hasil yang maksimal. Salah satu alternative dalam rangka meretas permasalahan tersebut salah satunya dengan melaksanakan inovasi dalam media pembelajaran dengan menggunakan VCD.
        Pemilihan VCD pembelajaran sebagai media pendidikan dan sumber pembelajaran IPS mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri melalui pembelajaran mandiri, siswa dapat berpikir aktif serta mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, siswa dapat berperan sebagai peneliti, analis, tidak hanya sebagai konsumen informasi saja.
       
B. FOKUS PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN
Penelitian tindakan kelas ini fokus pengembangan pada proses pembelajaran dalam peningkakatan prestasi belajar siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan pemanfaatan media Video Compact Disk. Penelitian ini merupakan upaya guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial  untuk memperbaiki proses pembelajaran dan menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah pengaruh penggunaan media VCD pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Kelas VIIIA di SMP Muhammadiyah Semin Tahun Pelajaran 2009/2010
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh VCD Pembelajaran terhadap pencapaian prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIIIA di SMP Muhammadiyah Semin Tahun Pelajaran 2009/2010. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan langsung dengan pelajaran IPS di SMP Muhammadiyah Semin dengan menggunakan VCD  sebagai media pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan inovasi pembelajaran IPS.
b. Bagi Sekolah
Diharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi pihak sekolah dan sebagai sosialisasi perlunya penggunaan media VCD pembelajaran dalam pembelajaran mata pelajaran IPS

E.    HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kerangka berfikir sebagaimana terurai diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
Penggunaan Media Video Compact Disk (VCD) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII A  di SMP Muhammadiyah  Semin Gunungkidul

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik
1. Pembelajaran
    Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar .Interaksi peserta didik dengan lingkungan belajar didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran (Saidihardjo : 2004 : 13).
Bruce weil ( Wina sanjaya : 2008: 216-217) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran; pertama proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Kedua berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang dipelajari, yaitu pengetahuan : fisis, sosial dan logika. Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial.
    Maka pembelajaran harus dimaknai sebagai proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu sendiri dengan si belajar.
    Dalam pembelajaran idealnya guru dapat menciptakan situasi yang kondusif serta memberi motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya. Jadi pembelajaran dilihat dari sisi guru adalah menumbuhkan proses belajar siswa ,tidak hanya menyampaikan pelalajaran dan semata-mata mengejar target kurikulum. Karena mengajar adalah mengatur dan mengkondisikan  lingkungan belajar siswa sehingga terjadi interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya.
2. Prestasi Belajar
    Apabila usaha sesorang telah menghasilkan suatu pola tingkah laku seperti yang direncanakan , itu artinya ia telah mencapai prestasi belajar.(Winarno Surakhmad : 2003: 136) Dalam ungkapan lain Winkel ( 1991: 65) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah menemukan prinsip pemecahan pada suatu problem yang menuntut seseorang menguasai kaidah - kaidah tertentu.setelah konsep konsep tertentu dikuasai.
        Muray dalam Beck  mendefinisikan prestasi  :
“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible” “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin” (Sunarto : 2009:1). Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan.
        Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. (Sunarto : 2009 : 2)
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
        Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach&Ely dalam Arsyad (2002:3), mengemukakan bahwa media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Media adalah kata jamak dari medium yang dalam arti umum dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Istilah ini menunjukkan segala sesuatu yang membawa atau menyalurkan informasi antara sumber dan penerima, karena itu film, televisi, radio, rekaman, photo, alat visual yang dipoyeksikan, barang cetakan, dan lain – lain sejenis itu adalah media komunikasi untuk menyampaikan pesan, gagasan atau ide. antara srti umum dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi (Depdikbud, 1988:3). istilah
        Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad. (2002:4), mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran misalnya buku, tape-recorder, kaset, film, video, slide, dan lain-lain. Menurut Hamalik (1994:12) media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
        Berpedoman pada semua pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode/ teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan anak didik/ warga belajar dapat berlangsung tepat guna dan berdaya guna.
2. Fungsi Media Pembelajaran
        Rivai&Sudjana (2002:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran;
c. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata–mata komunikasi verbal melalui penuturan kata–kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraioan guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan, memamerkan dan lain–lain.
Proses belajar mengajar pada hakekatnya proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/ media tertentu ke penerima pesan. Pesan berisi ajaran dan didikan yang ada dikurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non verbal atau visual. Sadiman, (2002:11)
        Hamalik dalam Arsyad, (2002:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. Edgar Dale dalam Arsyad (2002:15) memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar seorang peserta didik melalui indra pandang berkisar 75%, melalui indra dengar 13%, dan melaui indra lainnya sekitar 12%. 
3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
        Kareketeristik berbagai jenis media yang biasa dipakai dalam kegiatan belajar mengajar antara lain yaitu :
a. Media Audio
Media audio berkaitan dengan indra pendengaran pendengaran, pesan yang disampaikan dituangkan kedalam lambing-lambang auditif baik verbal maupun non verbal. Beberapa jenis media audio antara lain, radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam dan laboratorium bahasa. 
b. Media Visual
Media visual berkaitan dengan indra penglihatan, misalnya gambar, diagram, grafik, dan sebagainya.
c. Media Audio Visual
Media audio visual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan jaman, meliputi media yang dapat didengar, dilihat, dan yang dapat didengar dan dilihat. Adapun jenis media audio visual antara lain, film bingkai, film rangkai, media transparansi, film, televisi, video/ VCD. Video/ VCD sebagai media audio visual semakin lama semakin lama semakin populer dalam masyarakat, dengan banyak dijualnya VCD dipasaran VCD bukan lagi barang yang mahal. Pesan yang disampaikan video/VCD adalah fakta, maupun fiktif, bisa bersifat informatif, edukatif, maupun intraksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video/ VCD. Tapi ini tidak berarti bahwa video/ VCD akan menggantikan kedudukan film.

4. Media Video Compact Disc (VCD) Pembelajaran
        VCD sebagai salah satu dari media belajar dikenal juga dengan istilah audio visual aids, yaitu alat – alat yang audible artinya dapat didengar dan alat–alat yang visible artinya dapat dilihat. VCD ini sangat bermanfaat dalam menciptakan cara berkomunikasi yang efektif.
        Video Compact Disc adalah system penyimpanan dan rekaman video dimana signal audio-visual direkam pada disket plastik, bukan pada pita magnetik. Arsyad (2002:36).  Penjelasan tentang Video Compact Disc ini, antara lain: “VCD stands for 'Video Compact Disc' and basically it is a CD that contains moving pictures and sound” (www.video_help.com) artinya kurang lebih VCD merupakan kependekan dari Video Compact Disc dan pada dasarnya Video Compact Disc adalah keping CD yang berisi gambar yang bergerak dan suara. Satu keping Video Compact Disc mempunyai kapasitas untuk menyimpan gambar bergerak dan suara stereo yang bermutu selama 74 / 80 menit pada 650 MB / 700 MB CD. Video Compact Disc mengandung video dan suara yang lebih bermutu daripada kaset VHS dan dapat diputar di disk player atau computer.
        Video Disc atau Video Compact Disc merupakan sistem penyimpanan informasi gambar dan suara pada piringan. Sadiman (1996:295). Media Video Compact Disc merupakan perpaduan antara media suara (audio) dan media gambar (video), yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi dua arah antara guru sebagai tenaga pengajar dengan siswa di dalam proses pembelajaran. Media Video Compact Disc (VCD) merupakan sinkronisasi antara  media audio dan video yang saling mendukung yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi audien atau pendengar.
C. Kerangka Berpikir
        Kemampuan memahami materi pada pembelajaran IPS yang dimiliki siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah Semin yang menjadi subyek penelitian ini masih rendah. Rendahnya kemampuan memahami tersebut tampak pada hasil prestasi belajar siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah Semin pada pelajaran IPS masih rendah dibandingkan dengan pelajaran yang lain.
        Kemampuan memahami materi IPS mendorong semua pihak khususnya peneliti untuk berpikir bagaimana agar pembelajaran IPS dapat menghasilkan prestasi yang bagus bagi siswa. Ada banyak cara mengatasi kesulitan dalam memahami materi pembelajaran IPS antara lain dengan menggunakan media pembelajaran yaitu media VCD .
        Media VCD pembelajaran IPS adalah perpaduan antara media suara (audio) dan media gambar (video), yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi dua arah antara guru sebagai tenaga pengajar dengan siswa di dalam proses pembelajaran IPS. VCD Pembelajaran IPS sangat bermanfaat dalam menciptakan cara berkomunikasi yang efektif, dengan jangkauan luas, cepat, merata, logis dan ilmiah sebagai partner guru dalam mengajar, VCD pembelajaran IPS menjadikan siswa lebih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar, harganya murah, siswa dapat belajar sendiri dirumah dengan menonton VCD tersebut, mudah dibawa, VCD dapat menunjukkan unsur gerak sekaligus suara
        
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis  Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom action research) yang menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif.                                  
B. Subyek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah Semin Kec.  Semin Kabupaten Gunungkidul  Peneliti mengambil subjek kelas VIII A. 
C. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan perangkat tes untuk memperoleh gambaran hasil pembelajaran dengan menggunakan media VCD pembelajaran dengan Teknik Observasi dan Teknik tes yang dilaksanakan pra siklus dan sesudah siklus.
D. Tehnik Analisis Data
    Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan media VCD pada siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah Semin Kabupaten Gunungkidul. Maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data yang bersifat kuantitatif untuk menghitung prosentase dan data kualitatif.
    Adapun komponen pokok yang dianalisis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Analisis mengenai perubahan prestasi belajar  siswa. Analisis ini untuk mengetahui perubahan prestasi balajar siswa. Hal ini dilakukan dengan membandingkan antara, ulangan yang dilaksanakan sebelum tindakan atau pada awal pembelajaran, dengan ulangan  dilaksanakan sesudah tindakan atau dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Nilai hasil ulangan pada siklus pertama dan setelah siklus sesudahnya dianalisis berdasarkan pedoman penilaian. Pedoman penilaian test adalah sebagai berikut  : jumlah soal terdiri dari 10, setiap soal skornya 10, jadi jumlah skor semua 100. Maka nilai akhir antara 0-100

    E. Prosedur Penelitian
1. Prosedur Penelitian pada Siklus I
a. Perencanaan
        Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Langkah ini merupakan upaya memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran IPS yang telah berlangsung selama ini. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah (1) menyusun rencana pembelajaran, (2) membuat dan meyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi memperoleh data nontes, (3) menyiapkan perangkat tes pemahaman materi teknologi komunikasi yang berupa kisi-kisi soal tes, pedoman penskoran, dan penilaian.
b. Tindakan
        Tindakan adalah aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik, siswa menjadi lebih aktif, sumber belajar lebih termanfaatkan, penyajian materi lebih mudah diikuti dan dipahami. Tindakan yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran pada siklus I ini sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
        Penayangan VCD diputar melalui Televisi, kemudian guru menjelaskan tujuan dari pelajaran, guru memberikan penanaman konsep kepada siswa dan menyuruh siswa untuk memperhatikan pesan. Murid disuruh memahami materi kemudian guru memberikan pertanyaan kepada siswa berupa soal yang harus dikerjakan siswa, kemudian guru memberi penilaian kepada mereka.
c. Observasi
        Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan peneliti dengan bantuan teman peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi meliputi observasi siswa dan observasi kelas. Observasi siswa digunakan untuk mengetahui perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung, sedangkan observasi kelas meliputi keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru, keaktifan siswa selama pembelajaran,  keaktifan siswa dalam mengerjakan tes.
d. Refleksi
        Refleksi adalah mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana selanjutnya atau terhadap rencana awal tes siklus II.
        Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil tes dan nontes siklus I. Jika hasil tes tersebut belum memenuhi nilai target yang telah ditentukan, akan dilakukan tindakan siklus II dan masalah-masalah yang timbul pada siklus I akan dicarikan alternatif pemecahannnya pada siklus II. Sedangkan kelebihan-kelebihannya akan dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Prosedur Penelitian pada Siklus II
        Proses penelitian tindakan kelas dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Perencanaan
        Perencanaan pada siklus II ini didasarkan temuan hasil siklus I. Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan adalah (1) membuat perbaikan rencana pembelajaran dengan menggunakan media VCD yang materinya berbeda dengan siklus I tetapi diupayakan dapat memperbaiki masalah atau kekurangan-kekurangan pada siklus I, (2) menyiapkan lembar observasi untuk memperoleh data nontes siklus II, (3) menyiapkan perangkat tes yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II.
b.   Tindakan
        Tindakan yang dilaksanakan peneliti dalam siklus II adalah (1) memberikan umpan balik mengenai hasil yang diperoleh pada siklus I, melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media VCD sesuai dengan rencana pembelajaran, memotivasi siswa agar berpartisipasi lebih aktif dan bersungguh-sungguh dalam memahami materi pelajaran. Proses pembelajaran siklus II ini disertai pemberian pemecahan kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi pelajaran.
a. Observasi
        Observasi pada siklus II juga masih sama dengan siklus I yang meliputi observasi siswa dan observasi kelas. Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada siklus I dan kelemahan-kelemahan yang masih muncul juga jadi pusat sasaran dalam observasi.
b. Refleksi
        Refleksi pada siklus II digunakan untuk merefleksi hasil evaluasi belajar siswa siklus I untuk menentukan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai selama proses pembelajaran, dan untuk mencari kelemahan-kelemahan yang masih muncul dalam pembelajaran di kelas sampai didapatkan prestasi belajar yang diharapkan.

BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
        Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan media VCD untuk mengetahui apakah penggunaan VCD berpengaruh terhadap pembelajaran siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah Semin Kabupaten Gunungkidul Tahun Pelajaran 2009/2010 khususnya mata pelajaran IPS. Hasil penelitian ini diperoleh dari tindakan kelas pada siklus I dan tindakan kelas pada siklus II .
1. Kondisi Awal
    Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, dalam pembelajaran IPS pada kelas VIIIA SMP Muhammadiyah Semin Tahun Pelajaran 2009/2010, hanya bersifat verbalistik artinya dengan menggunakan ceramah saja atau tanpa menggunakan media atau alat peraga. Minimnya penguasaan siswa akan mata pelajaran IPS karena kurang diterapkannya metode dan teknik pengajaran yang bervariasi yang dapat menstimulus kreativitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Hal ini memicu guru untuk menggunakan alat peraga seperti Globe, Peta, Kompas dan lain-lain yang mendukung mata pelajaran IPS. Namun media ini hanya mengandung unsur visual saja.
        Dalam upaya lebih memperdalam dan lebih memahami mata pelajaran IPS maka guru harus menerapkan suatu metode yang membuat siswa senang, tidak membosankan  serta memotivasi dalam belajarnya, salah satunya adalah dengan menggunakan media VCD pembelajaran yang memadukan antara audio dan visual.
2. Hasil siklus I
a. Perencanaan
        Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Langkah ini merupakan upaya memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran IPS yang telah berlangsung selama ini. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah (1) menyusun rencana pembelajaran , (2) membuat dan meyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi dan dokumentasi untuk memperoleh data nontes, (3) menyiapkan perangkat tes pemahaman materi pelajaran yang berupa kisi-kisi soal tes, pedoman penskoran, dan penilaian untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa.
b. Tindakan
        Tindakan adalah aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik, siswa menjadi lebih aktif, sumber belajar lebih termanfaatkan, penyajian materi lebih mudah diikuti dan dipahami. Tindakan yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran pada siklus I ini sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
        Penayangan VCD diputar melalui Televisi dengan menggunakan VCD Player, kemudian guru menjelaskan tujuan dari pelajaran, guru memberikan penjelasan kepada siswa dan menyuruh siswa untuk memperhatikan dan  disuruh memahami materi yang ada pada tayangan VCD setelah itu guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi itu.
c. Hasil Tindakan
        Pada setiap pertemuan penelitian peneliti mencatat setiap kegiatan secara menyeluruh mengenai efektivitas VCD sebagai media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII A SMP Muhammadiyah Semin. Pada siklus I ini didapat hasil sebagai berikut :
(a) Siswa
1.     Kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa tidak dapat mengajukan dan menjawab pertanyaan dari guru.
2. Siswa kurang memperhatikan terhadap media yang digunakan.
3. Pada waktu penggunaan media siswa sibuk dengan kegiatannya sendiri.
4. Situasi kelas kurang dapat dikendalikan (ramai sendiri).
5. Kegiatan belajar mengajar kurang optimal.
6. Dalam mengikuti proses belajar mengajar siswa kurang aktif untuk mengikutinya.

(b) Guru
1. Guru kurang tegas dalam bersikap sehingga kondisi kelas kurang terkontrol
2. Kurangnya penguasaan guru terhadap materi yang diberikan sehingga proses belajar mengajar kurang optimal.
3. Kurangnya penguasaan guru terhadap kelas.
(c) Kelas dengan menggunakan Media
1. Jarak bangku yang jauh membuat anak menjadi tidak fokus terhadap media tersebut
2. Kurang efektifnya media yang diberikan karena jumlah siswa yang terlalu banyak sehingga siswa kurang optimal dalam melihat VCD.
3. Terbatasnya waktu sehingga VCD hanya diputar 2 kali
d. Refleksi
    Untuk Penelitian pada siklus II
1. Guru Peneliti dan guru pendamping saling bertukar pendapat, supaya pada siklus II, dapat lebih baik dilihat dari prestasi belajar maupun pemahaman siswa di banding pada siklus I. Semoga  dapat mencapai indikator belajar yang telah ditetapkan , oleh guru tersebut yaitu pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang standar nilainya 70.
2. Seiring dengan perkembangan yang ada  pada siklus  II akan mengganti TV yang berukuran kecil dengan TV yang berukuran besar.
3. Jarak bangku akan diatur sehingga anak akan menjadi lebih fokus terhadap media VCD tersebut, dan VCD pembelajaran akan diputar berulang ulang dengan penjelasan yang diberikan oleh guru.
4. Sebelum materi dimulai guru hendaknya telah menguasai materi dan  hendaknya guru harus  mengkondisikan kelas supaya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan optimal.
5. Guru dituntut untuk dapat berinteraksi dengan siswa sehingga siswa tidak jenuh atau bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru dan dapat menimbulkan katerdekatan antara siswa dan guru.

4. Hasil Siklus II
a Perencanaan
        Perencanaan pada siklus II ini didasarkan temuan hasil siklus I. Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan adalah (1) membuat perbaikan rencana pembelajaran dengan menggunakan media VCD. (2) menyiapkan lembar observasi untuk memperoleh data nontes siklus II, (3) menyiapkan perangkat tes yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar pada siklus II.
b Tindakan
        Tindakan yang dilaksanakan peneliti dalam siklus II adalah (1) memberikan umpan balik mengenai hasil yang diperoleh pada siklus I, melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media VCD pembelajaran yang sesuai dengan rencana pembelajaran, memotivasi siswa agar berpartisipasi lebih aktif dan bersungguh-sungguh.
        Proses pembelajaran pada siklus II ini disertai dengan pemberian pemecahan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam memahami materi pelajaran.
c Hasil Tindakan
        Observasi pada siklus II  juga masih sama dengan siklus I yang meliputi observasi siswa dan observasi kelas. Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada siklus I dan serta kelemahan-kelemahan yang masih muncul juga jadi pusat sasaran dalam observasi siklus I.
(a) Dari siswa
1. Adanya perhatian siswa terhadap media VCD pembelajaran karena lebih mudah untuk dipahami.
2. Sudah mulai berkurangnya siswa yang membuat gaduh/ ramai di dalam kelas.
3. Siswa sudah mulai berani untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan oleh guru.
(b) Dari Guru
      Secara keseluruhan sudah baik semua masalah yang ada pada siklus I sudah dapat diatasi meskipun masih belum dapat mencapai nilai sempurna secara keseluruhan.
(c) Kelas dengan menggunakan media
1. Suara VCD sudah cukup jelas terdengar terutama bagi siswa yang duduk di bagian paling belakang ruangan.
2. Keadaan ruangan yang tertutup dan aman dari gangguan pihak luar membuat siswa yang mengikuti pelajaran merasa nyaman sehingga dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan tenang.
d. Refleksi
    Pada siklus II ini sudah mencapai nilai yang telah diharapkan, walaupun belum sempurna, dan siswa sudah dapat mengikuti pelajaran dengan baik khususnya pada waktu menggunakan VCD Pembelajaran, jadi penelitian ini hanya sampai siklus II karena sudah mencapai indicator yang diharapkan.
B. Analisis Hasil Penelitian
        Dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada pokok bahasan Lingkungan Hidup pada siklus I terlihat bahwa kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran masih belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu (7,0). Nilai rata- rata siklus I pre test siswa dalam menguasai materi baru mencapai (5,5) dan post test baru mencapai (6,7). Proses belajar mengajar pada pokok bahasan Lingkungan Hidup meskipun telah dioptimalkan kegiatannya dengan cara pembelajaran dengan menggunakan media VCD pembelajaran akan tetapi hasilnya masih belum  memuaskan.
        Pada siklus II terlihat bahwa kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran sudah  meningkat yang dapat kita lihat dari pencapaian hasil pre test yaitu (6,2) dan post testnya (7,4).
        Pada tindakan siklus I presentase nilai postest : kurang (0,0%), cukup (37,5%), baik (62, 5%) dan nilai sempurna masih belum ada.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siklus I belum terlihat adanya perubahan peningkatan yang signifikan, meskipun telah menggunakan media VCD dalam pembelajarannya.
         Pada tindakan siklus II presentase nilai pos test kurang (0, 0%), cukup (2,5%), baik (92, 5%) dan nilai sempurnanya mencapai (5, 0%).  Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siklus II ini sudah terjadi  peningkatan dan sudah memenuhi target yang diinginkan. Hal ini dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
           
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
        Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran menggunakan media VCD pembelajaran, mampu meningkatkan pretasi belajar IPS. Hal ini tampak dari peningkatan nilai rata-rata yang pada awalnya kemampuan siswa pada siklus I  hanya (6,7), kemudian pada siklus II meningkat menjadi (7,4),  Peningkatan kemampuan memahami materi tersebut disebabkan karena adanya peningkatan perilaku siswa saat pembelajaran dari pratindakan ke tindakan siklus I, dan tindakan siklus II. Pada mulanya ketertarikan siswa pada pembelajaran IPS masih rendah, dan siswa kesulitan merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Akan tetapi setelah menggunakan media VCD pembelajaran rasa ketertarikan dan keaktifan siswa nampak mulai meningkat. Dengan adanya VCD pembelajaran IPS siswa mulai berani untuk mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan maupun memberikan komentar atas materi yang sedang disampaikan oleh guru.
B. Saran
        Berdasarkan simpulan di atas, maka disarankan:
1. Sebagai bahan pertimbangan guru di SMP Muhammadiyah Semin hendaknya dalam pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPS menggunakan media VCD pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal dan siswa mendapatkan nilai yang diharapkan.
2. Guru dalam mengajar hendaknya lebih menguasai materi yang akan di ajarkan dan meningkatkan kemampuan komunikasi antar personal,  guru dengan siswa sehingga terjalin interaksi sosial dalam kelas secara baik sehingga siswa tidak merasa tertekan dalam mengikuti proses belajar mengajar dan siswa menjadi lebih aktif dalam belajar.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil pokok bahasan  yang lain sehingga diperoleh hasil yang lebih meyakinkan tentang keefektifan media VCD pembelajaran dalam pembelajaran IPS.    


DAFTAR PUSTAKA

Agung Dwi Darmawan, (2006) Efektivitas vcd sebagai media pembelajaran IPS kelas IV di MI Tsamrotul Huda 1 Jatirogo Kec. Bonang kab. Demak 2005/2006, Semarang : Universitas Negri Semarang
Arief Achmad MSP, (2004), Quo Vadis, Pendidikan IPS  Di Indonesia, Artikel  diakses pada tanggal 17 Januari 2010 dari http://re-searchengines.com/ mangkoes6-04-4.html
Alhadza, Abdullah. 2005. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Perilaku Komunikasi Antar Pribadi Terhadap Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah.  htpp//www.depdiknas.go.id/Survei Terhadap Kepala SLTP Di Provinsi Sulawesi Tenggara. (23 November 2005).
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo Persada
Depdikbud. 1994. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Dimyati dan Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung:Citra Aditya Bhakti.
Haryono, Anung. 1987. Pengembangan Program Media Intruksional. Semarang: Pustekom dan IKIP Semarang.
Kasbolah, Kasihani. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Depdikbud.
Sadiman, Arief. dkk. 1996. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan pemanfaatan).Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saidihardjo, (2004) Pengembangan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial, Yogyakarta UNY
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
Suleiman. 1981. Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan     Penyuluhan. Jakarta:Gramedia.
Sunartombs, (2008). Pengertian  Prestasi Belajar, artikel diakses tanggal 27 Desember 2009 dari http://sunartombs.files. wordpres. com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/
Wina Sanjaya, (2008) Kurikulum dan Pembelajaran , Jakarta, Kencana Prenada Group
Winkel, (1996) Psikologi Pengajaran,  Jakarta, Grasindo
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. TELAGA ILMU - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger